”Risiko terjadinya stroke bagi perokok sedang sebesar dua kali lipat dari nonperokok. Sedangkan perokok berat berisiko empat kali terkena stroke daripada nonperokok,” ujar Sutarto. Dari semua akibat itu, yang perlu diwaspadai dari efek merokok adalah terjadinya serangan otak. Bila sudah terjadi serangan otak, maka kelumpuhan bisa timbul seketika atau kesulitan bicara, pusing sebelah, maupun kesadaran turun.
Menurut Sutarto, asap rokok dengan kandungan 4.000 macam bahan kimia itu juga sangat mempengaruhi intelektualitas, memori, dan kepribadian seseorang. Gangguan pada ketiga bidang itu disebut demensia. ”Itu terjadi secara bertahap bila seseorang terus-menerus merokok.” Demensia terjadi karena gangguan akibat kerusakan pada otak, terutama pada bagian hermisfere serebi, bagian korteks (selaput luar otak), dan hipokampus. Gejala-gejalanya mudah lupa, kehilangan inisiatif, dan lain-lain.
Tingkat-tingkat gangguan memori sebelum menjadi demensia berat antara lain diawali dengan mudah lupa dan lambatnya daya ingat. Setelah itu, terjadi gangguan kegiatan kompleks dan gangguan memori. Kemudian, bila berlarut terus, maka terjadilah demensia berat. ”Tahapan-tahapan itu merupakan suatu rangkaian, sehingga kadang-kadang sangat sulit untuk menentukan klasifikasinya karena gejalanya tumpang tindih,” papar Sutarto. Sebab-sebab pencetus demensia adalah stroke, gangguan kelenjar tiroid, gangguan jantung dengan obat-obatan khusus, dan lain-lain. Karena itu, rokok sangat erat peranannya dalam menciptakan pencetus demensia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar