Senin, 18 Juni 2012

Tulisan 18

Siapa Bilang Merokok Itu Keren?


Siapa bilang merokok itu keren? Anda yang beranggapan seperti itu, pasti sudah termakan oleh propaganda iklan produk rokok. Perusahaan rokok sering membangun kesan bahwa merokok itu keren, seperti koboy, tangguh, berani, gentle dan disukai wanita. Produsen rokok tak hanya telah meracuni akal sehat masyarakat tetapi juga meracuni paru-paru konsumennya dengan zat adiktif nikotin dari produknya. Bodohnya lagi, para perokok rela hidup miskin demi gulungan tembakau yang tak dapat ditemukan dimana nilai manfaatnya itu.
Padahal para perokok pemula tak ada yang mengaku bahwa alasan mencoba rokok karena kepincut nikmatnya menghisap asap nikotin tersebut. Bahkan, dibutuhkan berulangkali percobaan hingga ditemukan ‘kenikmatan’ saat mengaktifkan sel-sel kanker (baca: merokok). Usia remaja adalah masa yang rentan aksi coba-coba termasuk memulai mencoba rokok dengan alasan yang teramat sederhana, demi gaya. Mereka merasa merokok adalah cara menandai sebuah kematangan dan kedewasaan usia. Di kalangan lain, banyak lagi  alasan mengapa orang bersedia mengasapi rongga pernafasannya dengan racun. Di lingkungan masyarakat miskin, alasan merokok biasanya karena dianggap sebagai penghilang stres atas tekanan hidup yang mereka alami. Pada golongan -orang mapan, ritual merokok biasanya menjadi sarana pergaulan. Sedangkan kaum hawa yang turut serta merokok umumnya karena alasan gaya dan kelompok lain sebagai pelarian akibat frustasi. Itulah sederetan alasan orang merokok, yang tidak satupun dapat dipertanggungjawabkan baik secara ilmiah, ekonomi dan apalagi medis.
Namun begitu, si pencemar paru-paru dan pengaktif sel kanker ini tetap mendapat banyak penggemar. Dari 240 juta penduduk Indonesia, 64 juta diantaranya adalah perokok, atau 2 dari 3 pria dewasa adalah perokok. Angka ini belum termasuk perokok dari kalangan anak-anak dan perempuan. Fakta ini menempatkan Indonesia pada ranking ke 3 di dunia dengan jumlah perokok terbanyak.
Di berbagai negara berkembang, perokok lebih mewakili perilaku kalangan miskin, pendidikan rendah dan  orang-orang yang abai terhadap kesehatan. Dan Indonesia kaya akan penduduk berkategori tersebut, maka bisa dimengerti kenapa jumlah perokok di negara ini begitu besarnya. Masyarakat Indonesia adalah pasar yang sangat potensial bagi industri rokok, karena kelompok pendidikan rendah dan miskin menjadi obyek yang paling mudah diperdayai oleh propaganda.
Tak heran jika perusahaan rokok berlomba-lomba mencipta iklan  semenarik mungkin untuk menggaet para korbannya. Entah kenapa, peringatan bahaya merokok dalam kemasan rokok tidak juga mampu mengendurkan niat orang untuk mengisapnya.
Padahal, apa kerennya merokok? Bahaya rokok yang dapat merusak jantung, paru dan otak sudah banyak diketahui orang. Dan tahukah anda, efek merokok juga membuat orang buruk rupa dan tampak lebih tua dibanding usia sesungguhnya.
Jadi merokok itu tidak ada bagus-bagusnya, hanya menimbulkan efek negatif saja.

1 komentar: