Aktivitas manajer dalam melakukan planning, organizing, directing, dan controlling, tentu tidak semudah membalik telapak tangan, karena suatu organisasi akan dihuni oleh puluhan, ratusam hingga ribuan manusia yang mempunyai karakter dan perilaku berbeda. Pengambilan keputusan yang dilakukan seorang manajer perlu mempertimbangkan kecocokan antar individu, tugas pekerjaan, dan efektivitas. Keputusan yang diambil manajer secara khas akan dipengaruhi oleh karakteristiki manajer maupun karakteristik bawahan, misalnya pengambilan keputusan tentang siapa yang melaksanakan tugas tanpa mengetahui perilaku akan dapat memberikan dampak negatif jangka panjang dan sangat sulit untuk dapat diubah kembali.
Untuk mengerti perilaku individu, seorang manajer perlu memperhatikan beberapa variable yang mempengaruhi perilaku, yang terdiri atas :
a. Variabel lingkungan : keluarga, budaya, kelas sosial
b. Variabel psikologis : persepsi, sikap, kepribadian, pembelajaran, motivasi,
kemampuan fisik, kemampuan mental.
Pengertian Persepsi :
Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensori stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori (Desiderato, 1976: 129; Jalaludin, 2003: 51).
Menurut Widayatun (1999: 110) persepsi atau tanggapan adalah proses mental yang terjadi kepada diri manusia yang akan menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, memberi, serta meraba (kerja indra) sekitar kita.
William James (Widayatun, 1999: 110) menjelaskan persepsi adalah suatu pengalaman yang terbentuk berupa data-data yang didapat melalui indra, hasil pengolahan otak dan ingatan proses dihayati melalui ilusi atau mispersepsi atau trick atau tipuan dan juga bukan salah tanggapan.
Persepsi biasanya juga diartikan mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil (Notoadmojo, 2003: 133).
Menurut Davidoff, 1981; Rogers, 1965 (Walgito, 2004: 89), menyatakan bahwa persepsi merupakan aktivitas yang intergrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Maka dalam persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu yang lain.
Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Karena merupakan aktivitas yang integreted, maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu aktif berperan dalam persepsi itu (Bimo Walgito, 2001; Sunaryo, 2004: 93).
Pengertian Sikap :
Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (favorably) atau secara negatif(unfavorably) terhadap obyek – obyek tertentu. D.Krech dan R.S Crutchfield (dalam Sears, 1999) berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu.
Sedangkan La Pierre (dalam Azwar, 2003) memberikan definisi sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Lebih lanjut Soetarno (1994) memberikan definisi sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.
Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
Pengertian Nilai :
Satu bagian penting dari kebudayaan atau suatu masyarakat adalah nilai sosial. Suatu tindakan dianggap sah, dalam arti secara moral diterima, kalau tindakan tersebut harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung tinggi oleh masyarakat di mana tindakan tersebut dilakukan. Dalam sebuah masyarakat yang menjunjung tinggi kasalehan beribadah, maka apabila ada orang yang malas beribadah tentu akan menjadi bahan pergunjingan, cercaan, celaan, cemoohan, atau bahkan makian. Sebaliknya, kepada orang-orang yang rajin beribadah, dermawan, dan seterusnya, akan dinilai sebagai orang yang pantas, layak, atau bahkan harus dihormati dan diteladani.
Apakah yang dimaksud dengan nilai sosial?
Dalam Kamus Sosiologi yang disusun oleh Soerjono Soekanto disebutkan bahwa nilai (value) adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Horton dan Hunt (1987) menyatakan bahwa nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti apa tidak berarti. Dalam rumusan lain, nilai merupakan anggapan terhadap sesuatu hal, apakah sesuatu itu pantas atau tidak pantas, penting atau tidak penting, mulia ataukah hina. Sesuatu itu dapat berupa benda, orang, tindakan, pengalaman, dan seterusnya.
Macam-macam Nilai Sosial
Prof. Notonegoro membedakan nilai menjadi tiga macam, yaitu: (1) Nilai material, yakni meliputi berbagai konsepsi mengenai segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia, (2) Nilai vital, yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktivitas, dan (3) Nilai kerohanian, yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan rohani manusia: nilai kebenaran, yakni yang bersumber pada akal manusia (cipta), nilai keindahan, yakni yang bersumber pada unsur perasaan (estetika), nilai moral, yakni yang bersumber pada unsur kehendak (karsa), dan nilai keagamaan (religiusitas), yakni nilai yang bersumber pada revelasi (wahyu) dari Tuhan.
Pengertian emosi :
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995). Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :
Pengertian Kemampuan :
Banyak atau sedikit, tepat atau kurang tepat pengetahuan itudapat dimiliki dan dapat diproduksi kembali dan ini merupakan tingkatkemampuan kognitif seseorang.Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar.Sebagaimana kita ketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antarafaktor pembawaan dan pengaruh lingkungan (faktor dasar dan ajar).2 Faktordasar yang berpengaruh dalam bentuk lingkungan alamiah dan lingkunganyang dibuat. Proses belajar mengajar adalah upaya menciptakan lingkunganyang bernilai positif, diatur dan direncanakan untuk mengembangkan faktordasar yang telah dimiliki oleh anak. Tingkat kemampuan kognitif tergambarpada hasil belajar yang diukur dengan tes hasil belajar pada pelajaranPendidikan Agama Islam. Tes hasil belajar menghasikan nilai kemampuankognitif yang bervariasi. Variasi nilai tersebut menggambarkan perbedaankemampuan kognitif tiap-tiap individu. Dengan demikian pengukuran kemampuan kognitif dapat dilakukan dengan tes kemampuan belajar atau teshasil belajar pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Pengertian Motivasi :
Menurut Frandsen (Sardiman A.M, 2000: 85) motivasi dibagi menjadi; cognitive motives yang menunjuk pada gejala intrinsik yakni menyangkut pada kepuasan individual, self‑expression (penampilan diri sebagian dari perilaku manusia) dan self‑enhancement (Melalui aktualisasi diri dan pengembangan akan meningkatkan kemajuan dari seseorang).
Dimyati dan Mudjiono (1999: 90) mengemukakan bahwa motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik) dan motivasi seseorang yang bersumber dari luar seseorang yang dikenal dengan motivasi instrinikdalam belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1) . Motivasi intrinsik
Adalah motif yang menjadi aktif/ berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
2). Motivasi ekstrinsik
Motivasi yang muncul karena adanya dorongan atau kebutuhan dari luar. Berkaitan dengan kegiatan belajar motivasi ini muncul pada seseorang yang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajar. Bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut Winkel (Martinis Yamin, 2004: 85- 86) diantaranya adalah:
a) belajar demi memenuhi kewajiban
b) belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan
c) Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan.
d) Belajar demi meningkatkan gengsi
e) Belajar demi memperoleh pujian dari orang lain yang penting seperti orang tua da guru.
f) Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang.
Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi ini dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, maupun mampu mengembangkan, mengarahkan dan memelihara ketekunan siswa dalam belajar.
haplin ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan . Sedangkan menurut Robbins kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar